Disangka Ringan, Ternyata Berat

Seringkali kita dapati di beberapa grup Whatsapp atau di media sosial lainnya, banyak berita dan artikel dengan tambahan kalimat,

“Copas dari grup sebelah”,

“Maaf cuma share”,

“Indahnya berbagi”, dan lain sebagainya.

Dengan adanya smartphone yang bisa dibawa kemana-mana, semua itu dapat dilakukan dengan ringan dan mudah, tanpa hambatan. Kemudian setelah itu dengan cepat tersebar dan menjadi viral di dunia maya.

Akan tetapi, sangat disayangkan sebagian orang menganggap ringan hal ini, seolah tidak ada konsekuensi apapun dari perbuatannya. Padahal akibatnya bisa sangat besar, kadang berujung pada rusaknya ukhuwah akibat berita yang provokatif, kadang bisa sampai menyesatkan orang, membuat kekacauan yang berujung nyawa manusia, dan lain sebagainya. Belum lagi konsekuensi di akhirat.

Mungkin niatnya baik, tapi bukankah niat saja tidak cukup?

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:

ูƒูŽู…ู’ ู…ูู†ู’ ู…ูุฑููŠุฏู ู„ูู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑู ู„ูŽู†ู’ ูŠูุตููŠุจูŽู‡ู

“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan namun tidak mendapatkannya.”

Sehingga niatnya ingin mendapat pahala, malah bisa mendapat dosa. Na’udzubillah.

Dan perlu diketahui bahwa sekedar membagikan tulisan itu hukumnya sama dengan yang membuat tulisan tersebut. Di antara contohnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

ู…ูŽู†ู’ ุฑูŽูˆูŽู‰ ุนูŽู†ู‘ูู‰ ุญูŽุฏููŠุซู‹ุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุฑูŽู‰ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูƒูŽุฐูุจูŒ ููŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽุญูŽุฏู ุงู„ู’ูƒูŽุงุฐูุจูŽูŠู’ู†ู

“Siapa yang meriwayatkan sebuah hadits dariku padahal dia tahu bahwa itu dusta, maka dia salah seorang di antara dua pendusta.”

Dan ini ancaman bukan hanya untuk yang mengetahui bahwa itu dusta, tapi juga untuk yang ragu mengenai keasliannya, namun tetap menyebarkannya.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata tentang penyebar berita keji:

ุงู„ู‚ุงุฆู„ ุงู„ูุงุญุดุฉูŽุŒ ูˆุงู„ุฐูŠ ูŠุดูŠุน ุจู‡ุงุŒ ููŠ ุงู„ุฅุซู… ุณูˆุงุก

“Orang yang mengatakan perkataan keji dan yang menyebarkannya, setingkat dalam dosa.”

Oleh sebab itu sebelum membagikan berita harus dipastikan terlebih dahulu kebenarannya. Setelah itu dilihat apakah isinya mengandung kemungkaran seperti ghibah, namimah, dan sebagainya, ataukah tidak. Dan pastikan juga apa manfaatnya jika disebarkan.

Maka dalam perihal menerima berita, Allah telah memberikan bimbingan dalam Al-Quran surat Al-Hujurat 6:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุฅูู†ู’ ุฌูŽุงุกูŽูƒูู…ู’ ููŽุงุณูู‚ูŒ ุจูู†ูŽุจูŽุฅู ููŽุชูŽุจูŽูŠู‘ูŽู†ููˆุง ุฃูŽู†ู’ ุชูุตููŠุจููˆุง ู‚ูŽูˆู’ู…ู‹ุง ุจูุฌูŽู‡ูŽุงู„ูŽุฉู ููŽุชูุตู’ุจูุญููˆุง ุนูŽู„ูŽู‰ูฐ ู…ูŽุง ููŽุนูŽู„ู’ุชูู…ู’ ู†ูŽุงุฏูู…ููŠู†ูŽ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

ูƒูู‰ ุจุงู„ู…ุฑุก ูƒุฐุจุง ุฃู† ูŠุญุฏุซ ุจูƒู„ ู…ุง ุณู…ุน

“Cukuplah seseorang dianggap dusta jika ia menceritakan semua yang dia dengar.” (HR Muslim)

Allah juga memerintahkan untuk mempertimbangkan baik dan buruknya suatu berita untuk disebarkan:

ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฌูŽุงุกูŽู‡ูู…ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ู†ู ุฃูŽูˆู ุงู„ู’ุฎูŽูˆู’ูู ุฃูŽุฐูŽุงุนููˆุง ุจูู‡ู ุŸ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุฑูŽุฏู‘ููˆู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุฑู‘ูŽุณููˆู„ู ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ุŸ ุฃููˆู„ููŠ ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ูู…ูŽู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽุณู’ุชูŽู†ู’ุจูุทููˆู†ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุŸ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ู„ูŽุง ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุชูู‡ู ู„ูŽุงุชู‘ูŽุจูŽุนู’ุชูู…ู ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุทูŽุงู†ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ู‚ูŽู„ููŠู„ู‹ุง

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebagian kecil saja di antaramu.” (QS. An-Nisa 83)

Demikian, semoga menjadi renungan bagi kita untuk tidak menganggap ringan hal-hal yang ternyata berat konsekuensinya.

Semoga Allah Ta’ala memudahkan urusan kita semua.

Aamiin.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top

Bismillah saya ingin berangkat ya Allah...

Isi form ini untuk mendaftar! Customer service kami akan segera menghubungi Anda.

ISI FORM DI BAWAH

ISI FORM DISAMPING

Bismillah saya ingin berangkat ya Allah...

Isi form ini untuk mendaftar!ย  Customer service kami akan segera menghubungi Anda.

ISI FORM DI BAWAH

ISI FORM DISAMPING