Ungkapkan Dengan Baik

Di antara nikmat yang Allah anugerahkan kepada manusia adalah nikmat kemampuan berbicara. Sebagaimana yang Allah ungkapkan dalam surat QS Ar Rahman:

الرَّحْمَنُ  عَلَّمَ الْقُرْآنَ  خَلَقَ الإِنسَانَ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ

“Allah Yang Maha Pengasih, yang mengajarkan Al Quran, yang menciptakan manusia, dan mengajarkannya pandai berbicara.”

Allah menciptakan manusia sekaligus mengajarkan mereka agar bisa berbicara. Dengan ini manusia bisa berkomunikasi, membuat mereka paham, sehingga saling berinteraksi dan saling mendapatkan keuntungan.

Sehingga ini adalah nikmat yang sangat agung, yang patut untuk disyukuri. Oleh kerena Islam mengatur bagaimana memanfaatkan nikmat yang agung ini dengan cara mengatur bagaimana kemampuan berbicara ini bisa berbuah manfaat, dan bukan bencana.

Agungnya syariat untuk menjaga kata-kata, tercermin ketika Allah telah mengambil janji kepada Bani Israil, Allah katakan:

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” (QS Al Baqarah 83)

Di sini Allah sebutkan beberapa hal penting untuk dipegang oleh Bani Israil:

– Mentauhidkan Allah, karena setiap perintah ibadah itu artinya perintah untuk bertauhid
– Berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, yatim, dan miskin.
– Berkata baik kepada sesama manusia
– Melaksanakan shalat dan menunaikan zakat

Ini menunjukkan agungnya kedudukan perintah untuk berkata dengan baik kepada orang lain, karena disandingkan dengan perintah untuk bertauhid dan berbakti kepada orang tua, serta shalat dan zakat.

Perintah ini semata-mata untuk kebaikan hamba Allah agar mereka dapat hidup berdampingan dengan harmonis dan tanpa konflik. Allah Ta’ala menyebutkan dalam Al Quran:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS Al Isra 53)

Allah memerintahkan untuk berkomunikasi dengan perkataan yang baik, karena ketika hal itu tidak dilakukan, maka setan mencari kesempatan untuk menimbulkan perselisihan di antara manusia.

Maka perkataan yang baik itu mencakup beberapa sisi:

1. Berkata yang benar

Artinya setiap ucapan kita harus ditimbang dengan syariat. Jangan sampai bicara dulu, berpikir belakangan. Karena ada kata-kata yang berkonsekuensi dosa bahkan sampai pada kekafiran. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda- :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam neraka Jahannam.”

2. Berkata jujur

Di antara bentuk perkataan baik adalah perkataan yang jujur. Dan sulit atau tidaknya itu tergantung kebiasaan kita. Biasanya bohong, sulit jujur. Biasanya jujur, sulit bohong.

Rasulullah bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا

، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.

Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” (HR Ahmad)

Maka hati-hatilah, biasakan diri kita untuk jujur.

3. Berkata lembut

Allah Ta’ala telah menjadikan kelembutan dalam bertutur kata sebagai sebab diterimanya dakwah Nabi. Allah berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu.” (QS Ali Imran : 159)

Ali radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

من لانت كلمته، وجبت محبته

“Siapa yang lembut kata-katanya, maka selayaknya ia dicintai.”

Maka sudah semestinya kita meneladani Nabi kita. Karena manfaat yang didapatkan tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat. Rasul bersabda:

إن في الجنة غرفةً يُرى ظاهرُها من باطنِها، وباطنُها من ظاهرِها فقال أبو موسى الأشعري، وكان حاضراً: لمن هي يا رسول الله؟ قال: لمن ألان الكلامَ، وأطعم الطعام، وبات لله قائمًا، والناس نيام

 

“Di surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar.” Kemudian seorang Arab Badui bertanya, “Kamar-kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau pun bersabda, “Kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa saja yang tutur katanya baik, gemar memberikan makan, rajin shalat malam karena Allah ketika manusia sedang terlelap tidur.” (HR At Tirmidzi)

Untuk bisa melatih bagaimana agar kita bisa berlaku lembut, menasehati dengan lembut, coba kita tempatkan posisi kita sbg objek yang dinasehati. Maukah kita dinasehati dengan keras? Di depan banyak orang pula? Tentu tidak. Maka kata Nabi:

وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِيْ يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيهِ

“Hendaknya setiap orang memperlakukan orang lain sebagaimana ia suka diperlakukan seperti itu.”

4. Harus tahu tempat

Ada namanya forum umum, ada forum khusus. Bicara di forum umum tidak bisa sebebas forum khusus. Begitu pula informasi-informasi yang bisa disampaikan tidak sama antara keduanya. Oleh sebab itu orang yang berkata baik dituntut untuk menyesuaikan tempat.

5. Berbicara sesuai level orang yang diajak bicara.
Manusia itu heterogen. Ada yang berpendidikan, dan ada yang tidak. Bahasa yang digunakan disesuaikan. Jangan pakai bahasa tingkat tinggi ke masyarakat awam. Ali mengatakan:

حدِّثوا الناس بما يعرفون أتريدون أن يُكَذَّب الله ورسوله؟

“Bicaralah ke orang-orang sesuatu yang mereka bisa pahami, apakah engkau mau Allah dan Rasul-Nya didustakan?”

Dan dalam Sahih Muslim, Ibnu Mas’ud mengatakan:

 ما أنْتَ بمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ، إلَّا كانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً

“Ketika engkau berbicara sesuatu dengan sesuatu yang akal mereka tidak sampai dalam memahaminya, akan jadi fitnah.”

Semoga Allah berikan kepada lisan yang baik, yang senantiasa berkata benar, jujur, dan berlaku lembut kepada orang lain.

Aamiin..

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top

Bismillah saya ingin berangkat ya Allah...

Isi form ini untuk mendaftar! Customer service kami akan segera menghubungi Anda.

ISI FORM DI BAWAH

ISI FORM DISAMPING

Bismillah saya ingin berangkat ya Allah...

Isi form ini untuk mendaftar!  Customer service kami akan segera menghubungi Anda.

ISI FORM DI BAWAH

ISI FORM DISAMPING